Senin, 07 Januari 2013

tugas fainal


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb…

            Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat sehingga  kita dapat menyelesaikan  tugas ini

            Shalawat berangkaikan salam tak lupa kita haturkan kepada nabi besar kita ,nabi akhiru zaman ,penutup dari segala nabi yaitu nabi MUHAMMAD SAW  sebagai  uswatatun khasanah sosok model  ideal bagi kita sekalian manusia untuk meraih kesuksesan di dunia akhirat

            Dapat terselesaikan makala ini tidak lepas dari dukungan  bantuan dan motivasi yang sifatnya spiritual dan materiil dari banyak pihak, sehingga  penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.

Demikian yang bisa kami sampaikan dengan harapan semoga Allah SWT  senantiasa membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat  sebaik-baiknya. Amin…




TUGAS BAHASA INDONESIA REVISI

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb…
            Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat sehingga  kita dapat menyelesaikan  tugas ini
            Shalawat berangkaikan salam tak lupa kita haturkan kepada nabi besar kita ,nabi akhiru zaman ,penutup dari segala nabi yaitu nabi MUHAMMAD SAW  sebagai  uswatatun khasanah sosok model  ideal bagi kita sekalian manusia untuk meraih kesuksesan di dunia akhirat
            Dapat terselesaikan makala ini tidak lepas dari dukungan  bantuan dan motivasi yang sifatnya spiritual dan materiil dari banyak pihak, sehingga  penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Demikian yang bisa kami sampaikan dengan harapan semoga Allah SWT  senantiasa membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat  sebaik-baiknya. Amin…

PENGOREKSIAN KORAN KOMPAS

Tugas Bahasa Indonesai

PENGOREKSIAN KORAN KOMPAS






OLEH
M. SYARIFUDIN
NIM: 12020102025
 ANIS TANTIA
NIM: 12020102015
SITI NAFISAH
NIM: 12020102010
IRWAN IMRAN
NIM: 12020102023


JURUSAN SYARIAH / MU
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012

JURNAL DALAM BAHSA INDONESIA

Tugas Bahasa Indonesai

PENGOREKSIAN JURNAL
SAUTHU TARBIYAH








OLEH
M. SYARIFUDIN
NIM: 12020102025
SITI NAFISAH
NIM: 12020102010
ANIS TANTIA
NIM: 12020102015
IRWAN IMRAN
NIM: 12020102023


JURUSAN SYARIAH / MU
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012

PENDAHULUAN
            Bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun mengakibatkan pembangunan pada bidanya perumahan terus banyak perumahan yang kualitas rendah. Hal itu disebabkan banhwa pada pembangunan perumahan terus tidak mengacu pada konsep pembanguna perumahan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan yang bertumbuh dan berkembang terus perlu memiliki acuan pada model sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Pembangunan yang menimbulkan masala lingkungan bertetangga dengan prinsif pembangunan yang menimbulkan masalah lingkungan bertetangga dengan prinsif pembangunan berkelanjutan.
            Oleh karna itu, pembangunan perumahan dan pemukiman seharusnya menganut konsep berkelanjutan, memiliki strategi sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan dimasa yang akan datang. Masalah perumahan menjadi permasalahan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tergolong miskin. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan adalah pemenuhan dasar manusia terutama golongan miskin. Oleh karna itu, masyarakat miskin seharusnya menjadi agenda dalam membangun perumahan dan pemukiman. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat miskin sangat terbatas dalam kemampuan dan kemampuan untuk mengenbankan diri. Untuk itu pula hendaknya menjadi agenda dalam pembangunan perumahan dan pemukiman yang berwawasan lingkungan.
            Pembangunan kemudian tidah hanya sebagai alat pemenuhan kebutuhan ekonomi, melainkan sebagai pembangunan manusia. Pembangunan berarti memupuk kemampuan untuk membut pilihan-pilihan mengenai masa depan. Soedjtmoko seperti dikutip Kuswartujo menyatakan bahwa pembangunan menyatakan banhwa pembngunan merupakan pertumbuhan manusia dan peradaban. Maksud pembanguna adalah membuat penduduk suatu negri terutapa kaum lemah dan miskin lebih produktif lebih efektif dan lebih sadar diri.
            Korten menyatakan bahwa masalah yang paling pengting dalam pembanguna adalah transpormasi dalam pranata-pranata, teknologi nilai-nilai dan prilaku kita sesuai denagn realitas ekologi dan sosial. Selanjutnya, Konten menyatakan bahwa transpormasi itu harus menangani tiga kebutuhan pokok masyarakat global, yakni: 1)keadilan, yaitu adanya sarana dan kesempatan untuk mengahasilkan nafkah yang minimal layak bagi diri sendiri dan keluarganya. Serta penggunaan dan pemilikan sumber daya yang lebih berkeadilan. 2)keberlanjutan, yakni tiap generasi memiliki kewajiban untuk memelihara sumber daya bumi dan ekosistem  untuk generasi berikutnya, ketercakupan, yaitu bahwa setiap orang mendapat kesempatan yang sama generasi berikutnya, 3)ketercakupan yaitu bahwa setiap orang mendapat kesempatan sama untuk menjadi penyumbang yang dihormati bagi keluarga, kelompok masyarakat.
Konsep Pembangunan berwawasan lingkungan
            Wawasan lingkungan adalah pandangan yang tercermin dalam prilaku yang selalu mengupayakan hubungan yang serasi antara manusia, masyarakat dengan alam dan berbagai unsur buatan pembangunan berwawasan lingkungan (sustainable development). Pembangunan berwawasan lingkungan dilihat dari segi ekonomi, memberikan penekanan kepada pertumbuhan, pemerataan efesiensi, dan efektivitas. Pembangunan ekonomi tidak dapat dikesampingkan, karna tanpa itu pertumbuhan ekonomi, menjadi macet dan oleh karena itu pembangunan ekonomi penggunaan sumber daya alam haruslah dilakukan secara hemat, efisien dan efektif. Teknologi yang digunakan adalah yag ramah lingkugan.
            Pembangunan berwawasan lingkungan dari segi ekologi, membedakan penekanan pada daya dukung dan lingkungan kenekaragaman hayati. Konsep ini memberikan penelitian bahwa membangun dengan tidak melampuahi, bahkan dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, keanekaragaman hayati harus dijaga agar kehidupan dapat berlangsung secara berlajut. Keragaman hayati merupakan dasar kestabilan ekologi. Keragaman ekosistem menciptakan keragaman bentuk-bentuk kehidupan, dan keragaman budaya.
            Pembangunan berwawasan lingkungan dilihat dari segi sosial, memberikan penekanan pada aspek pemberdayaan, partisipasi, mobilitas kohesi sosial identitas budaya, dan pranata sosial, oleh karena itu pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan dan memperoleh kemampuan untuk menyerap informasi, melakukan tindakan yang meningkatkan kualitas lingkungan, menghargai orang dan masyarakat lain, bahu membahu untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi keperanataan yang dapat menopang berkelanjutan pembangunan baik di tingkat lokal, regional, nasional dan global.
Strategi membagun perumahan yang berwawasan lingkungan
            Pembangunan perumahan dan pemukiman diyakini mampu mendorong lebih dari seratus macam kegiatan industri yang berkaitan dengan bidang perumahan dan pemukiman, sehingga penyelenggaraan perumahan dan pemukiman sangat berpotensi dalam menggerakkan roda ekonomi dan upaya menciptakan lapangan kerja produktif bagi banyak masyarakat indonesia terutama golongan menengah ke bawah. Rumah juga merupakan barang modal (Capital gods) karena dengan asset rumah ini mereka dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam mendukung kehidupan dan penghidupannya. Larenanya permasalahan perumahan dan pemukiman tidak dapat dipandang sebagai permasalahan fungsional dan fisik semata, tetapi lebih kompleks lain sebagai persoalan yang berkaitan dengan semua di mensi kehidupan di dalam masyarakat.
1.    Melakukan proses desain
Dalam Proses perencanaan strategi keterpaduan sosal fungsional harus dipadukan. Oleh karena itu, dalam agenda 21 indonesia dinyatakan bahwa dasar bertindak sebagai strategi keterpaduan sosial dan funsional harus dapat tiga tantangan utama, yaitu menyelaraskan asas perwujudan pemukiman sebagai proses perwujudan sosial ekonomi, budaya dan politik pemukiman serta mengupayakan agar teknologi digunakan untuk kepentingan publik secara luas.
2.    Melakukan pemilihan lokasi dan pembebasan tanah
Lokasi perumahandan pemukiman sangat menentukan kualitas perumahan dan pemukiman yang akan dibangun dengan kata lain lokasi perumahan menentukan keberlanjutan perumahan tersebut. Oleh karena itu, hal yang pertama dilakukan dari proses pengembangan lingkungan buatan (Pembangunan perumahan) adalah pemilihan lokasi dan pembebasan tanah proses ini relative mudah dilakukan bilamana sudah ada rencana tata ruang yang berwawasan lingkungan.
3.    Melakukan perencanaan sarana umum dan sarana rekreasi
Perumahan dan pemukiman yang meliki kemudahan ketercapaian. Aksebilitas yang tinggi, serta nilai ekonomi dan budaya yang tinggi adalah perumahan dan pemukiman yang terbanugun dengan sarana yang cukup. Sarana yang dimaksd adalah: sarana jalan, ruang terbuka, drainase pemukiman, sarana olah raga dan rekreasi, dan saran sosial keagamaan dan keamanan.
Dalam kompleks perumahan dan pemukiman yang sifatnya lebih besar, sebaiknya tersedian sekolah taman kanak-kanak, sekolah dan puskesmas, atau sarana kesehatan lainnya, tempat ibadah, misalnya masjid, swalayan mini, dan sarana komunikasi dan transformasi.
Penutup
Berdasarkan uraian-uraian seperti dikemukakan terlebih dahulu maka disimpulkan bahwa strategi membangun perumahan yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut:
1.    Melakukan proses desain dan studi mengenai analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Proses desain dan studi AMDAL memperjelas tujuan lingkunga, tujuan ekologi, tujuan sosial, dan tujuan ekonomi.
2.    Melakukan pemilihan lokasi dan pembebasan tanah. lokasi pememukiman yang berwawasan lingkungan adalah: mudah dicapai, hambatan bebas banjir, tidak didekat sumber-sumber pencemaran, aksebilitas baik, dan sumber air.
3.    Melakukan perencanaan pemnyediaan sarana umum dan sarana rekreasi berupa: Sarana jalan, ruang terbuka, drainase pemukiman, sarana olah raga dan rekreasi, sarana sosial keagamaan dan keamanan.










DAFTAR PUSTAKA

Abdul Sami” Al-Misri, Perniagaan dalam Islam, Penterjemah Ahmad Haji Hasbullah, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1993
Ahmad Muhamad al-Ashal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, alih bahasa, H. Iman Syaefuddin, Bandung: Pustaka Setia, 1999



MENOLAK DALAM BAHASA BUGIS

Tugas: Bahasa Indonesia
PERCAKAPAN MENOLAK DALAM BAHASA BUGIS






                                                 
Disusun oleh:
Hanisa
Agus salim
Firdaus
Nurhaeni
Nabila
Anisantia
Siti napisa
Rachmadhani

JURUSAN SYARI’AH / MU
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012


MARAH DALAM BAHASA BUGIS

Tugas: Bahasa Indonesia
MARAH DALAM BAHASA BUGIS




                                                 
Disusun oleh:
Hanisa
Nabila
Agus salim
Firdaus
Nurhaeni
Rachmadani
Anistantia
Siti napisa


JURUSAN SYARI’AH / MU
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAIN)
SULTAN QAIMUDDIN
KENDARI
2012

1.      A. Engka ga mu ita kunci motoro ko diase’na lamarikku’?
     Adakah kunci kamu lihat di atas lemariku?
B. Maga na iyya’ mu tanai? Muasessi aya’ malai? padecengi bela.
     Kenapa saya yang kamu tanya? Kamu fikir saya yang ambil? perbaiki nah.
2.      A. Ma’e, duimu jolo’ meokka’ lokka mol.
     Mah, uangnya dulu, aku mau ke mol.
B. Ikotu, esso-esso lokka mol, padano to sugi’e, aja’tonaha mu lokka ko de’gaga duimu.
    Kamu tuh, setiap harinya ke mol,seperti orang kaya saja, kalau ga punya uang ya ga          usah pergi.
3.      A. tega siro sandala’ku, iko kapang so’bui?
     Mana lagi sendalku, kamu mungkin yangsembunyikanki?
B. Aja’ mu kapau-pau kotu, u rempe’ammako sandala’ nappa i murasakang.
     Kamu jangan sembarang ngomong, entar aku lempar sendal baru tau rasa kamu.
4.      A. Inrengika’ jolo’ laptopmu nah silo’.
     Teman, pinjam dulu laptopmu nah.
B. Dacco’pa u engkalinga, na gara-gara ikonitu pura minrengi na masolang laptopku.
     Enak aja, gara-gara kamu dulu sehingga rusak laptopku.
5.      A. rota’patu bajummu silo’.
     Kotornya bajumu teman.
B. Magai, na sussaikoga? Mega to sussamu.
     Kenapa, masalah buat lo? Banyak juga kau pusingkan
6.      A. Pa’e engka sms na cewe’mu, I love u gare’.
     Pah ada sms dari pacarmu, katanya I love u.
B. U leppa’ amma ulummu kotu, ka pau-pau no tu.
     Entar kepalamu ku pukul, ngomong sembarang kamu yah.
7.      A. Ka’e, manenghka mega la’de’ cewe’mu? Playboypa ta’ iko.
     Kak, pacar kamu ko’ banyak banget, kamu playboy banget.
B. Timummu kotu, ikomi tu la tai.
    Mulutmu, kamu ji it mungkin.
8.      A. Ma’e, lonyangekka’ pakeangku di’, loka’ matinro jolo’.
     Mah, cuciin bajuku nah, aku mau tidur dulu.
B. Anana’ ma doraka iyye, muasekka’ pembantummu? Makurangajara’pa.
     Anak durhaka kamu, kamu fikir aku pembantumu? Kurangajarnyami.
9.      A. Silo’ sorry nah, masolangi notebookmu, de’usengajai na boto onna’.
     Teman maaf nah, notebookmu rusak, tadi ga sengaja dia jatuh.
B. Ah sullei, poko’na de’ulo’ ko de’ mu sullei, u kennako tu.
    Ah ga bisa, poko’nya kamu harus ganti, kalau ngga’, kamu dapat itu.
10.  A. M a’e, ceana’ lokka massikola, matekko’na’.
          Aku uda ngga’ mau kesekolah, aku cape’.
      B. Awas memengko de’mu lokka massikola, u putara’ tolimmu.
          Awas kalau kamu ngga’ pergi sekolah, mama putar telingamu.
11.  A. Melo’ki’ lokka tega ma’?
     Mauki’ kemana mah?
     B. Hah, mega to pakkutanammu, melo’ maneng mu isseng urusanna  tau’e.
         Hah, kamu banyak nanya, kamu mau tau semua urusanya orang.
12.  A. Ma’e melokka’ manre, purani’ mannasu ga?
     Mah, aku mau makan, mama uda masak kah?         
B. Manre-manre, aja’na manre pa’na de’to gaga jamammu.
    Makan-makan, ngga’usah makan, kamu ngga’ kerja juga.
13.  A. Tette’ siagani pa’?
     Sekarang jam berapa pah?
B. Hah, ita tonije’ apa’na engka mu to matammu.
    Liat aja sendiri, kamu juga punya mata kok.
14.  A. Beh, ega patu balancamu.
     Waw, belanjaan kamu banyak banget.
B. Magaiga? Na sussaiko? Dui’-dui’ku mu to.
    Kenapa, masalah buat lo? Uang-uang gue ko’
15.  A. Ma’e, ma peddi’ isikku kasi’.
    Mah, gigi aku sakit nih.
B. O, anrepako golla-golla, makko mettoko de’ta melo’ mengkaliga ada tau matoa.
    O, makan lagi gula-gula, begitulah kalau ngga’mau mendengar kata-kata orangtua.     

16.  A. Lato’e, u ceppi sendala’mu, de’usengajai.
    Kakek, sandalnya kakek ku putusin, ngga’ sengaja.
B. Aga muaseng? Anana’ ma doraka metto iyye, sellei, u rempe’kotu sandala’.
    Apa kamu bilang? Anak durhaka kamu ya, ganti, aku lempar sandal entar.
17.  A. Aja’na mu manre iko, iya’ jolo’ manre.
    Kamu ngga’usah makan, aku dulu yang mau makan.
B. Io, anre manenni la jokko’. Awas cappuri memengi, ko de’, iko tu u anre.
    Ia, makan semua nah, awas kalau tidak, kamu yang saya makan.
18.  A. U reppa’si galasi e ma’.
     Aku mecah lagi gelas mah.
B. Ana’-ana’ de’gaga metto bua’-bua’na iyye. Marreppa’mi na isseng.
    Anak-anak ngga’ ada gunanya kamu, taunya cumin mecahin barang-barang.
19.  A. Ma’ e, lokkaka’ jolo’ jalang-jalang sore di’?
     Mah, aku pergi jalan-jalan sore dulu yah.
B. Aja’na, padatokko bembe’e, solle’-solle’ kora.
    Tidak usah, kamu seperti kambing saja, pergi-pergi terus.
20.  A. Ka’, u pake i onna’ hp mu ma’ telpong, cina’mi.
     Ka’, tadi aku pakai hp kamu, tapi cuma sebentarji.
B. Aga muaseng? Metto iko, paccappu’-cappu’ pulsa.
    Apa kamu bilang? Memang kamu penghabis-habis pulsa saja.


                                               
Daftar Isi
 Kata Pengantar
 BAB I
 Pendahulu
1.      Latar belakang
2.      Rumusan masalah
3.      Tujuan penulis
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Tradisi bahasa dan kemasyarakatan suku bugis Makassar
2.      Adat istiadat Bugis Makassar
a.       Adat panen
b.      Adat pernikahan
c.       System  norma dan aturan-aturan adat
3.      Tradisi merantau
BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan






Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb…
            Puji syukur kehadirat Allah SWT  yang maha pengasih lagi maha penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat sehingga  kita dapat menyelesaikan  tugas ini
            Shalawat berangkaikan salam tak lupa kita haturkan kepada nabi besar kita ,nabi akhiru zaman ,penutup dari segala nabi yaitu nabi MUHAMMAD SAW  sebagai  uswatatun khasanah sosok model  ideal bagi kita sekalian manusia untuk meraih kesuksesan di dunia akhirat
            Dapat terselesaikan makala ini tidak lepas dari dukungan  bantuan dan motivasi yang sifatnya spiritual dan materiil dari banyak pihak, sehingga  penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Demikian yang bisa kami sampaikan dengan harapan semoga Allah SWT  senantiasa membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat memberi manfaat  sebaik-baiknya. Amin…








Bab I
Pendahuluan


A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, sentuhan tekhnologi modern telah mempengaruhi dan menyentuh masyarakat Bugis makassar , namun kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tradisi turun menurun bahkan yang telah menjadi Adat masih sukar untuk dihilangkan. Kebiasan-kebiasaan tersebut masih sering dilakukan meskipun dalam pelaksanaannya telah mengalami perubahan, namun nilai-nilai dan makna masih tetap terpelihara dalam setiap upacara tersebut.
            Dalam penerapan bahasa bugis –makassar  di terapkan dari kecil ,dengan penggunaan sehari- hari. Bahsa bugis juga ada yang di kenal dengan bahasa lontar  dan di gunakan dalam, keseharian maupun acara  adat .dan dalam suku bugis makassar banyak terdapat adat istadat yang mengajarkan tentang kehidupan seprerti Mappadendang yaitu  untuk menghargai satu sama lain .walaupun kaya miskin dalam mappadendang semua dianngap sama.


B. Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
 1.tradisi pendidikan bahasa dalam bahasa bugis makassar
 2.adat istiadat yang mengandung nilai pendidikan
          C. Tujuan
1 .untuk lebih mengetahui bahasa bugis .makassar
2 .untuk mengetahui adat istiadat suku bugis Makassar



BAB II
PEMBAHASAN
1.       Bahasa  dan  kemasyarakatan dalam suku bugis –makassar
        Bahasa Bugis adalah bahasa yang digunakan etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di kabupaten sebagian Kabupaten Maros, sebagian Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Pare-pare, Kabupaten Pinrang, sebagian kabupaten Enrekang, sebagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu.
kabupaten Sidenrengrappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng. Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Pada dasarnya, suku ini kebanyakannya beragama Islam. Dari segi aspek budaya, suku kaum Bugis menggunakan dialek sendiri dikenali sebagai ‘Bahasa Ugi’(1)[1] dan mempunyai tulisan huruf Bugis yang dipanggil ‘aksara’ Bugis. Aksara ini telah wujud sejak abad ke-12 lagi sewaktu melebarnya pengaruh Hindu di Kepulauan Indonesia.
        Lontara adalah aksara tradisional masyarakat bugis Makassar .Bentuk aksara lontara berasal dari “sulapa eppa wala suji “.Wala suji berasal dari kata WALA yang artinya pemisah /pagar/penjaga dan SUJI yang artinya putri .wala suji adalah sejenis pagar bambu yang dalam acara ritual yang berbentuk bela ketupat .Sulapa eppa (empat sisi) adalah bentuk mistik kepercayaan suku Bugis Makassar klasik yang menyimbolkan yang menyimbulkan susunan semesta ,api-air- tanah-angin (2).Huruf lontara biasa pada umumnya dipakai untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan.naska ditulis dengan menggunakan daun lontar menggunakan lidi

atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi).Aksara bugis berjumlah 23 huruf yang semua disusun berdasarkan aturan tersendiri.
        Perbedaan utama antara aksara lontara bugis dengan aksara yang lain yaitu walaupun pada aksaraa lontara bugis ada beberapa huruf yang yang namanya sama dengan aksara nusantara lainnya,tetapi bukan hasil asimilasi budaya lain seperti india dan arab juga aksara lontara bugis tidak mengenal hruf tau lambing untuk mematikan huruf misalnya “ka” menjadi ‘K”.Sehingga cukup membingungkan bagaimana menuliskan huruf mati.
Dan kebiasaan disana juga menidurkan anaknya dengan cerita – cerita dulu atau pun puisi – puisi  dan lagu-lagu sambil mengelus kepala sang anak dengan menggunakan bahasa daerah dan inilah salah satu contohnya;

Labuni essoe  
Labuni essoe turunni udannie
Wettunnani massenge’ri tau mabelae
tekkarebanna pole, teppasenna pole
Waseng magi muanro ri dolangeng
Temmulettutona temmurewetona
Iyami ripuada idi tea iyya tea
Idi temmadampe iyya temmasenge
Idi temmadampe iyya temmasenge
Ajamua muppakua menreppa ri cempae

Uanrei buana na mecci elo’mu
Uanrei buana na mecci elo’mu
 Mecci elo manre cempa
Waena kalukue mappasau-sau dekka
Waena kalukue mappasau –sau dekka
Artinya
Telah rembang petang
Telah rembang petang telah dating kenangan saatnya kukenang tentang engkau di kejauhan
Sungguh jauh engkau pergi melupakan pulang tak ada kabar datang,tak ada pesan datang gerangan mengapa engkau tinggal di angan – angan ,sampai tak sampai,kembali tak kembali.
Begini saja kita katakana engkau tak ingin, aku tak ingin.Engkau tak menyebut namaku, aku melupakan namamu.
Tapi jangan engkau lakukan , jika ku panjat pohon asam,dan akan ku cicipi buahnya akan mengalir air liur dari bibirmu
Jika kering liurmu ingin mencicipi buah asam ,segelas air kelapa menghapus seluruh haus
Sistem Kemasyarakatan menurut Friedericy(3), dulu ada tiga lapisan pokok, yaitu:
1. Anakarung : lapisan kaum kerabat raja-raja.
2. To-maradeka Tu-mara-deka : lapisan orang merdeka yang merupakan sebagian besar dari rakyat Sulawesi Selatan.[2]
3. Ata : lapisan orang budak, yaitu orang yang ditangkap dalam peperangan, orang yang tidak dapat membayar hutang  atau orang yang melanggar pantangan adat.
Susunan Lapisan Gelar-gelar yang terdapat pada Suku Bugis:

1. Datu
Datu adalah Gelara yang di berikan kepada bangsawan bugis yang memegang pemerintahan daerah, yang sekarang setingkat dengan (Bupati).
2.      Arung
Arung adalah Gelar yang diberikan kepada bangsawan bugis yang memegang pemerintahan wilayah yang sekarang setingkat dengan (Camat).
3.       Andi
Andi adala gelar yang diberikan kepada bangsawan bugis yang biasanya anak dari perkawinan antara keturunan arung dengan arung.
4.      Puang
Puang adalah Gelar yang diberikan kepada anak dari hasil perkawinan antara arung atau andi yang mempunyai istri masyarakat biasa, begitupun sebaliknya.
5.      Iye
Iye adalah gelar yang diberikan kepada masyarakat biasa yang masih memiliki silsilah yang dekat dengan kerabat bangsawan.
6.      Uwa
Uwa adala kasta ter rendah dalam masyarakat bugis yaitu gelar yang diberikan kepada masyarakat biasa.
2  Adat istiadat suku bugis Makassar
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis. Diperkirakan populasi orang Bugis mencapai angka enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Orang Bugis juga banyak yang merantau ke mancanegara seperti di Malaysia, India, dan Australia.
Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
A.    Adat panen
Mappadendang merupakan upacara syukuran panen padi dan merupakan adat masyarakat bugis sejak dahulu kala. Dilaksanakan setelah panen raya biasanya memasuki musim kemarau pada malam hari. Komponen utama dalam acara ini yaitu 6 perempuan, 3 pria, bilik Baruga, lesung, alu, dan pakaian tradisionil yaitu baju Bodo.
Para perempuan yang beraksi dalam bilik baruga disebutPakkindona, sedang pria yang menari dan menabur bagian ujung lesung disebut Pakkambona. Bilik baruga terbuat dari bambu, serta memiliki pagar yang terbuat dari anyaman bambu yang disebut Walasoji.

Saat musim panen tiba para warga biasanya memotong ujung batang padi dengan ani-ani, yang menyerupai sebuah pisau pemotong berukuran kecil. Biasanya setelah terkumpul lantas padi hasil panenan itu dirontokkan dengan cara menumbuk dalam sebuah lesung. Suara benturan antara kayu penumbuk, yang disebut alu, dan lesung ini biasanya terdengar nyaring. Membentuk irama ketukan yang khas rancak bertalu-talu. Gerakan dan bunyi tumbukan berirama inilah yang menjadi asal-usul senimappadendang. Tradisi ini turun temurun. Sampai akhirnya lambat laun mulai ditinggalkan setelah pemerintah menggulirkan program intensifikasi pertanian untuk mendongkrak produktifitas ekonomi nasional.
Seiring dengan modernisasi sistem pertanian dan orientasi pada aktifitas peningkatan “income” dan produksi nasional. Akhirnya ritual-ritual bercocok tanam yang rutin digelar, lambat laun mulai hilang. Lantaran sistem pertanian pendukung ritual itu semakin ditinggalkan. Tak ada lagi memanen dengan ani-ani. Tak ada lagikatto bokko. Tidak pula kelong pare dan mappadendang.Bersamaan dengan itu tiada lagi penghargaan terhadap sumber kehidupan. Praktek menanam tidak berurusan dengan anugerahSangiyang Sri seperti yang diyakini selama ini. Tapi soal bagaimana produk pertanian dapat mengejar target produksi nasional yang diharapkan para penyuluh pertanian
Selain bentuk suka cita, ritual mappadendang juga dimaksudkan untuk mempertahankan warisan budaya leluhur yang dikhawatirkan makin ditinggalkan generasi muda. Kepekaan warga dalam menjaga budaya para leluhurnya, memang masih sangat kental.
Pada saat memecah biji padi itulah, ada nilai kearifan dan bersamaan yang tercipta. Dalam budaya ini, strata antara pemilik sawah maupun buruhnya, sama. Petani yang memiliki sawah luas atau hanya sepetak pun, di ritual ini dianggap tidak ada bedanya.
Dan biasanya para masyarakat dulu mungkin beberapa dari masyrakat sekarang menggunakan doa ataupun mantra yang mereka percayai akan menyuburkan padinya dan membuat panennya baik.
Oh yaccing(4),napanaungko nabbi,napa timboko malaeka petanna pa’rasangang,awalli patanna bulu,naalleko nabbi,natambaiko malaeka,Baraka lailahaillallah. [3]

B.     Adat pernikahan
Tahap – tahap dalam perkawinan secara adat :
1. Lettu (lamaran)
ialah kunjungan keluarga si laki-laki ke calon mempelai perempuan untuk menyampaikan keinginan nya untuk melamar calon mempelai perempuan
7.      Mappettuada. (kesepakatan pernikahan)
Ialah kunjungan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan untuk membicarakan waktu pernikahan,jenis sunrang atau mas kawin,balanja atau belanja perkawinan penyelanggaran pesta dan sebagainya
8.      Madduppa (Mengundang)
Ialah kegiatan yang dilakukan setelah tercapainya kesepakayan antar kedua bilah pihak untuk memberi tahu kepada semua kaum kerabat mengenai perkawinan yang akan dilaksanakan.
4. Mappaccing (Pembersihan)
Ialah ritual yang dilakukan masyarakat bugis (Biasanya hanya dilakukan oleh kaum bangsawan), Ritrual ini dilakukan  padah malam sebelum akad nikah di mulai, dengan mengundang para kerabat dekat sesepuh dan orang yang dihormati untuk melaksanakan ritual ini, cara pelaksanaan nya dengan menggunakan daun pacci (daun pacar), kemudian para undangan di persilahkan untuk memberi berkah dan doa restu kepada calon mempelai, konon bertujuan untuk membersihkan dosa calon mempelai, dilanjutkan dengan sungkeman kepada kedua orang tua calon mempelai.
Hari pernikahan dimulai dengan mappaenre balanja , ialah prosesi dari mempelai laki-laki disertai rombongan dari kaum kerabat, pria-wanita, tua-muda, dengan membawa macam-macam makanan, pakaian wanita, dan mas-kawin ke rumah mempelai wanita. Sampai di rumah mempelai wanita langsung diadakan upacara pernikahan,dilanjutkan dengan akad nikah. Pada pesta itu biasa para tamu memberikan kado tau paksolo’. setelah akad nikah dan pesta pernikahan di rumah mempelai wanita selesai dilalanjutkan dengan acara “mapparola” yaitu mengantar mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki.
Beberapa hari setelah pernikahan para pengantin baru mendatangi keluarga mempelai laki-laki dan keluarga mempelai wanita untuk bersilaturahmi dengan memberikan sesuatu yang biasanya sarung
Dan terkadang dalam adat –adat itulah terkadang para orang tua member nasehat kehidupan ;
Dalam sistem perkawinan adat Bugis terdapat perkawinan ideal:
1. Assialang maola
Ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kesatu, baik dari pihak ayah maupun ibu.
2. assialanna memang
ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat kedua, baik dari pihak ayah maupun ibu.
3. ripaddeppe’ abelae
ialah perkawinan antara saudara sepupu derajat ketiga, baik dari pihak ayah maupun ibu atau masih mempunyai hubungan keluarga
Adapun perkawinan – perkawinan yang dilarang dan dianggap sumbang (salimara’):
1. perkawinan antara anak dengan ibu / ayah
2. perkawinan antara saudara sekandung
3. perkawinan antara menantu dan mertua
4. perkawinan antara paman / bibi dengan kemenakan
5. perkawinan antara kakek / nenek dengan cucu
1.          Iyyapa narisseng mukkurui sewwae jama-jamang narekko purani rilaloi.
Terjemahan bebas :
Baru dapat diketahui kedalaman dan luasnya suatu sungai, kalau sudah kita harungi/seberangi.
Artinya:
Sulit tidaknya sebuah pekerjaan ataupun suatu usaha baru dapat diketahui jika telah pernah kita kerjakan atau alami.
2. Disebutkan di dalam Lontara Attorioloang, bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki kriteria:
        a. Maccai na malempu = Cakap, pintar dan jujur.
            b. Waranipi namagetteng = Berani dan tegas, teguh pendirian.
            c. Paulle watakkalepi = Sehat jasmani dan rohani.
            d. Ke’nawa-nawapi = Memiliki pandangan, visi dan missi, pikiran yg cemerlang.
            e. Naetau masiripi Dewata Sewwae. =Bertaqwa kepada Tuhan Yg Maha Esa.
f. Nasiri’I alena, nasiri toi padanna rupatau. = Menjaga harkat dan martabat dirinya, serta menghormati harkat martabat orang lain

3. Petuah Toriolo sebagai berikut: “Tellui somperenna lino: “Lempuu, Getteng, Ada Tongeng na Appasikua. Narimakkuannanaro aaja’ laalo musaala panguju, aja’to mutettangngi sempajangmu, aja’laalo mucapa-capai pappasekku, nasaba’ anu maddupa tu matti”.
Terjemahan bebas: Ada tiga hal yang menjadi kiat utama merantau yakni; Kejujuran, Keteguhan hati, tutur kata yang berlandaskan kebenaran, dan keikhlasan menerima apa adanya. Oleh sebab itu, janganlah kamu salah rencana dan salah melangkah, dan juga janganlah kamu pernah meninggalkan sembahyang lima waktu, serta janganlah kamu memandang remeh petuah ini, karena itu mengandung kebenaran yang akan menjadi kenyataan kelak.
4. Ritomainge’e eppa’ masero madecceng : mula mulanna namaiseiwi topurae mamaseiwi, maduanna tenri ellauwi nabbere, temmattajeng pamale’, matellunna tulung ngengngi sukara’na taue risingangka-gangkanna pattulung, maeppa’na mappangaja’ lettu’ riperu’e
Artinya : Bagi orang yang panjang ingatannya ada empat hal yang sangat baik : permulaannya mengasihani orang yang pernah mengasihaninya, kedua memberi tanpa diminta dan tidak menunggu pembalasan, ketiga menolong kesukaran orang dengan sepenuhnya, keempat memberi nasihat dengan tulus.
5. Limai uwangenna riallolongengi deceng, seuwani pakatunai alemu risilasannae, maduanna saroko maserisilasannae, matellunna makkareso patujue, maeppa’na moloie roppo roppo narawe’, malimanna molae laleng namatike’ nappa sanre’ ri Allah SWT.
Artinya : Lima jenis sifat manusia menghasilkan kebaikan, pertama merendahkan diri sepatutnya, kedua mencari kawan/sahabat sepatutnya, ketiga berbuat/bekerja yang baik dan benar, ke empat kembali apabila menghadapi rintangan, kelima waspada dalam perjalanan sambil berserah diri kepada Allah SWT.
C.    System norma dan aturan-aturan adat yang keramat dan sacral yang keselaruhnya
Sistem adat keramat dari orang bugis terdiri atas 5 unsur pokok, yaitu:
1.Ade’(ada’)
Ade adalah bagian dari panggaderreng yang secara khusus terdiri dari:
a. Ade’ akkalabinengeng atau norma mengenai hal-hal ihwal perkawinan serata hubungan kekerabatan dan berwujud sebagai kaidah-kaidah perkawinan, kaidah-kaidah keturunan, aturan-aturan mengenai hak dan kewajiban warga rumah tangga, etika dalam hal berumah tangga dan sopan santun pergaulan antar kaum kerabat
b. Ade’ tana atau norma mengenai hal ihwal bernegara dan memerintah Negara dan berwujud sebagai hukum Negara,hukum anatar Negara, serta etika dan pembinaan insane politik.
Pengawasan dan pembinaan ade’ dalam masyarakat orang Bugis biasanya dilaksanakan oleh beberapa pejabat adat seperti : pakka tenniade’, puang ade’, pampawa ade’, dan parewa ade’.
2.Bicara
Bicara adalah unsur yang mengenai semua aktivitas dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan keadilan, maka kurang lebih sama dengan hukum acara,menentukan prosedurenya serta hak-hak dan kewajiban seorang yang  mengajukan kasusnya di muka pengadilan atu mengajukan gugatan.
3.Rapang
Contoh, perumpamaan, kias, atau analogi. Rapang menjaga kepastian dan konstinuitet dari suatau keputusan hukum taktertulis dalam masa yang lampau sampai sekarang, dengan membuat analogi dari kasus dari masa lampau dengan  yang sedang di garap sekarang.
4.Wari’
Melakukan klasifikasi dari segala benda, peritiwa, dan aktivitetnya dalam kehidupan masyarakat menurut  kategorinya. Misalnya untuk memelihara tata susunan dan tata penempatan hal-hal dan dan benda-benda dalam kehidupan masyarakat; untuk emelihara jalur dan garis keturunan yang mewujudkan pelapisan social; untuk memlihara hubungan kekerabatan antara raja suatu Negara dengan raja dari Negara lain, sehingga dapat ditentukan mana yang muda dan mana yang tua dalam tata uacara kebesaran.
 5. Sara’
  Pranata dan hokum Islam dan yang melengkapkan keempat unsurnya menjadi lima.

Dalam kasusastraan Pasengyang memuat amanat-amanat dari nenek moyang, ada contoh-contoh dari ungkapan- ungkapan yang diberikan kepada konsep siri’ seperti:
1. siri’ emmi rionrowang ri-lino artinya: hanya untuk siri’ sajalah kita tinggal di dunia. Arti siri sebagai hal yang memberi identitet social da martabat kepada seorang Bugis
2.  mate ri siri’na artinya mati dalam siri’ atau mati untuk menegakkan martabat dalam diri,yang dianggap suatu hal  yang terpuji dan terhormat.
3.  mate siri’ artinya mati siri’ atau orang yang sudah hilang martabat dirinya dalah seperti bangkai hidup. Kemudian akan  melakukan jallo atau amuk sampai ia mati sendiri.

Agama dari penduduk Sulawesi Selatan kira-kira 90% adalah Islam, sedang 10 % memeluk agama Kristen Protestan atau Katolik. Umat Kristen atau Katolik biasanya pendatang dari Maluku, Minahasa, dan lain-lain.
3 Tradisi merantau masyarakat Bugis Makassar
Selain tersohor dengan budaya maritime yang handal,masyarakat Bugis Makassar juga di kenal dengan tradisi rantauanya yang sangat kuat.Dan mereka terkenal dengan ahli dagang.budaya rantau atau yang lebih dikenal sompe (5).sompe biasannya dilakukan karna tiga hal pertama,factor ekonomi.Umumnya masyarakat Bugis Makassar
menjadikan factor ekonomi sebagai alasan utama untuk sompe.mereka mereka merantau ke negri orang ketika mereka merasa bahwa kehidupan di kampung atau daerah asajnya pas-pasan atau bahkan kekurangan.Dan tujuan sompe yaitu agar mendapat penghidupan lebih layak .Dan yang kedua, ilmu menjadi alasan untuk melakukan sompe karena, alasan haus akan ilmu pengetahuan.Pepatah mengatakan “tuntutlah ilmu walau ke negri cina” dan itupun berlaku untuk masyarakat Sulawesi selatan.Dan orang yang merantau sesekali akan pulang ke kampung halamannya.[4]

BAB III
PENUTUP

Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Ciri utama kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, sehingga pendatang Melayu dan Minangkabau yang merantau ke Sulawesi sejak abad ke-15 sebagai tenaga administrasi dan pedagang di Kerajaan Gowa dan telah terakulturasi, juga bisa dikategorikan sebagai orang Bugis. Suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang.

Dalam tradisi pendidikan bahasa dan kehidupan mereka di ajar oleh orang tua mereka sejak kecil dengan menggunakan bahasa daerah dalam kesehariannya dan mengajarkannya.Dalam bahsa bugis di kenal juga dengan aksara lontara atau biasa di kenal dengan bahasa ugi.Lontara biasa di gunakan untuk menulis hukum-hukum adat, mantra –mantra yang ada dalam acara adat ,dan syair-syair ataupun puisi yang di gunakan dalam tulisan lontara.Adapun dalam tradisi pendidikan kehidupan sama halnya dengan pendidikan bahasa yaitu di ajarkan sejak kecil.dan suku ini mempunyai kebiasaan merantau untuk mencari ilmu dan untuk mencari penghidupan yang lebih baik dan nasehat –nasehat itu akan mereka dapatkan sebelum minggalkan daerahnya.Misalnya;
            Petuah Toriolo sebagai berikut: “Tellui somperenna lino: “Lempuu, Getteng, Ada Tongeng na Appasikua. Narimakkuannanaro aaja’ laalo musaala         panguju, aja’to mutettangngi sempajangmu, aja’laalo mucapa-capai pappasekku, nasaba’ anu maddupa tu matti”.
             Ada tiga hal yang menjadi kiat utama merantau yakni; Kejujuran, Keteguhan hati, tutur kata yang berlandaskan kebenaran, dan keikhlasan menerima apa adanya. Oleh sebab itu, janganlah kamu salah rencana dan salah melangkah, dan juga janganlah kamu pernah meninggalkan sembahyang lima waktu, serta janganlah kamu memandang remeh petuah ini, karena itu mengandung kebenaran yang akan menjadi kenyataan kelak.













DAFTAR PUSTAKA
-          Hamid Abdullah 1985 MANUSIA BUGIS MAKASSAR Jakarta,idagu press
-          Viekke,Bernard H.M NUSANTARA SEJARAH INDONESIA



[1] Kata ugi berasal dari raja pertama cina yang mana pengikutnya berasal dari daerah Sulawesi selatan menyebut diri “to ugi
2prof mattulada budayawan
[2]3.budayawan yang meneliti suku bugis
[3] Yaccing adalah salah satu nama padi di Sulawesi selatan
[4] Merantau ke daerah lain baik untuk  menetap ataupun tidak